Dipanggil Ibu

Hmmm

Cung....siapa yang bete, meh, euh jika dipanggil Ibu?

Haha...

Dulu saya bete dipanggil Ibu. Bayangkan saja ... dari usia 20 tahun saya sudah dipanggil Ibu.

Sekarang ... sudah berdamai.

Ternyata setelah dianalisis ini beberapa hal yang membuat saya bete:

1. Dipanggil Ibu itu sudah pasti tua, sudah menikah, dan punya anak

2. Stereotip yang saya tangkap dari tua, sudah menikah, dan punya anak  adalah stagnan. Suka malas belajar dan cenderung tidak berpikiran progresif. Tiap detik bisanya curhat dan ngeluh

3. Saya tidak merasa mempunyai jiwa keibuan. Kurang suka anak kecil dan pekerjaan rumah tangga (bukan berarti tidak bisa, ya :D)

4. Lagi-lagi stereotip, ibu-ibu itu gendut, suka menggosip, kerjaannya arisan melulu, tidak logis, cerewet, bawel

5. Ibu-ibu itu tidak suka berpetualang, bobolokot kesang. Sukanya ke mall dan shopping

6. Ibu-ibu sukanya makan bakso

Padahal, enam poin di atas hanya sangkaan, tidak selalu benar. Semacam permainan pikiran saja.

Jadi sekarang saya berpegang pada satu hal, what you think you become. Tidak mau kayak poin di atas ya jangan berprasangka demikian.

Panggilan Ibu adalah cara orang respect ke kita, cara mereka ingin sopan dan melayani dengan baik.

Biasanya kalau dipanggil Ibu mereka jadinya tidak macam-macam, selalu sopan. Beda jika dipanggil Teteh, sok carunihin (digodain) :P

-a