Mindsets That Changed My Life


Mindsets That Changed My Life - aliyamuch.com

Tadinya saya itu termasuk orang yang mudah stres terutama ketika merasa overwhelmed. Mungkin karakter yang pemikir ini, segala-galanya dipikirkan jadi mudah jangar dan sakit lambung.

Tahu, kan bahwa cara kita berpikir sangat mempengaruhi kehidupan kita. Pola pikir erat kaitannya dengan kesuksesan dan keberhasilan karena seperti Budha berkata, "What you think, you become".

Sukses di sini tidak melulu soal seberapa banyak punya kendaraan atau sebagus apa kita punya rumah atau seberapa besar kita punya gaji.

Tapi seberapa dalam kita mengenal diri sendiri, seberapa kuat kita mencintai diri sendiri (self-love), sebanyak apa kita percaya bahwa kita bisa.

Lima mindsets ini membuat saya bisa mengubah banyak hal. Terutama hal-hal yang ada di dalam kepala. Yang pada akhirnya sedikit demi sedikit mengubah apa yang ada di luar diri. Bad habit, negativity, unbelieve, etc. Belum sempurna. Namun, bukankah perfect is imperfect. Just started, okay!

Tentu saja harus konsisten dan penuh komitmen. Tidak bisa instan. Karena bukan mie.

Mereka adalah:

1. Grateful

Bersyukur atau grateful.

Nampaknya sepela ya, karena kita sering sekali mendengar orang mengatakan, "Bersyukur, deh" atau "Coba banyak bersyukur", dll.

Bahkan ada sebagian orang yang sudah enek mendengar kata ini karena terlalu sering dikatakan. Jika mereka curhat tentang kegagalan misalnya, atau mengeluh bokek atau curhat mengenai pacar, dkk.

Begitulah, semakin banyak dikatakan, semakin kehilangan makna.

Namun percayalah, jika mengaku sudah bersyukur tapi masih galau atau "sakit" itu karena kita memang BELUM BERSYUKUR dengan baik dan benar.

Jangan judge orang yang menasihati supaya bersyukur karena faktanya memang kita belum benar-benar bersyukur.

Grateful is not about saying as it is, but making effort for knowing its meaning

Resapi maknanya dan sadari bahwa we are just a little tiny human in the big, big world. And everything around us attracts us with its own way. Like attracts like. 

If we just believe the universe has no good things. It does not mean everything is bad. But it is caused that you have not enough thought yet.

Solusinya, saya selalu bersyukur akan hal-hal kecil setiap hari, misal tentang makanan, tempat tinggal ... sambil tersenyum and it works, really!

2. Be present

Ini, nih sumber kekalutan saya. Suka lupa sedang di mana padahal tidak ke mana-mana.

Saya sering hidup di masa lalu dan masa depan, dalam pikiran tentu saja.

Sebagai seorang INTP, pikiran saya hobinya melanglang buana, sanggup seharian tidak bicara asal berkicau di dalam kepala.

Dengan membawa diri ke masa sekarang, ke pada moment saat ini, detik ini, hidup menjadi ringan. Tidak ada beban. Benar-benar nikmat dan relaks.

Karena hidup in present moment berarti melepaskan masa lalu dan tidak memikirkan masa depan. Masa lalu dan masa depan adalah tidak nyata, hanya mental konsep di dalam pikiran saja.

Yang nyata adalah yang terjadi hanya dalam waktu sekarang.

3. Believe in yourself

Percaya terhadap diri sendiri adalah kunci untuk tumbuh dan berkembang.

Satu-satunya orang yang wajib percaya kepada kita ialah diri kita sendiri bukan siapa pun.

Percaya bahwa kita mampu, it is a big impact when I feel down of something because it can make me rise 1000 times.

"Until you value yourself, you won't value your time. Until you value your time, you will not do anthing with it." - M. Scott Peck

4. Trust your intuition

Intuisi adalah kata hati.

Sesuatu yang kita rasakan dan benar adanya tanpa harus ada penjelasan logis atau bukti nyata pada saat itu juga.

Untuk orang yang lebih condong menggunakan logika seperti saya, daripada feeling, percaya kepada intuisi adalah sesuatu yang harus diusahakan.

Ketika logika hanya mempertanyakan dan menimbang dengan tegas serta memutuskan hanya dengan menentukan hitam dan putih seolah-olah opsi itu hanya begitu saja, kehadiran intuisi membuat saya sadar bahwa dengan mempercayainya ibarat menemukan oasis di tengah gurun pasir.

Intuisi bagi saya lebih ke sadar diri bahwa dibalik pertimbangan yang masuk akal ada sesuatu yang tidak masuk akal yang bisa pula terjadi.

Mungkin sebagian orang menyebutnya keajaiban. Atau ... terserah suka-suka mau menyebutnya apa. But, intuition is exist!

5. I am enough

Saya cukup.

Kalimat sakti itu.

Tapi tidak semua orang bisa menurutinya. Saya juga begitu, perlu berkali-kali dalam sehari untuk biasa mengucapkan hingga memaknai.

I am enough adalah cara untuk menerima diri apa adanya. Menyingkirkan kekhawatiran bahwa diri ini tidak berguna, tidak mampu, dkk.

Bahkan kalimat "I am enough" saya jadikan mantra dengan harapan itu akan melekat dalam diri.

That's it, five mindsets yang bisa membuat saya lebih baik. Semoga teman-teman juga mempunyai sebuah atau dua buah kata atau kalimat yang bisa dijadikan acuan untuk menjadi lebih baik di tahun 2019 dan tahun-tahun selanjutnya.

Ciao!

-a

12 komentar:

  1. Yes, i am enough. Suka dengan poin yang terakhir itu. Setidaknya dengan mengatakan i am enough jg kita bisa lebih bersyukur menjalani hidup kan mbak:)

    BalasHapus
  2. Wah, aku juga perlu berbenah tentang poin-poin itu mbak. Terutama poin 5 yang perlu banyak banyak dipelajari :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, Mbak semangat....pantang menyerah untuk belajar ;)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Sama-sama....terima kasih telah mampir ;)

      Hapus
  4. Aku juga terlalu mikirin hal-hal yang kadang nggak penting. Jadi stress tanpa sebab pasti. Pelan-pelan aku nyoba mengubah mindsetku. Dan memang beberapa hal tidak seperti yang aku pikirkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya....di dalam kepala rasanya rame sekali, padahal kebanyakan ramenya itu sebab hal-hal sepele.

      Hapus
  5. Nomor 3 juga penting banget ini. Kadang karena sering ragu, justru malah banyak kehilangan kesempatan. Kita memang harus percaya bahwa kita mampu, hingga pada titik kita sudah gak bisa berusaha lagi. And that's I am enough ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap benar sekali, Mbak. Yang harus benar-benar percaya kita mampu ya kita sendiri. Hasilnya bukan masalah kita...

      Hapus
  6. Makasih sharingnya ya mbak. Sekarang aku selalu memantaskan diri dalam kondisi apapun. Karena berkaca dari pengalaman, waktu kecil aku orangnya minderan, enggak berani speak up, dan gampang dibully. Kalau gini, rasanya pengen ngajarin anakku (kalau sudah besar), point2 yang mbak sebutin di atas, biar enggak kayak aku hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak semangat untuk ngajarin anak-anaknya nanti, aku pun kalo menikah dan punya anak akan diajari seperti ini juga ;)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.